Merdeka = Berjuang

3 Comments

(Sebuah Refleksi tentang perayaan Proklamasi)

Pekik suara semangat menggema sejak tahun 45

Sebelum kita belajar memaknai kemerdekaan, bolehlah sejenak kita mendalami apa yang terjadi selepas 17 Agustus 1945.

Mungkin salah satu hal yang kita terima sebagai salah satu bentuk perayaan kita selama ini adalah, munculnya anggapan kita bahwa hari proklamasi adalah puncak dari perjuangan kemerdekaan kita, setelah pembacaan proklamasi, lantas serta merta negara kita memperoleh kemerdekaan dalam arti berkuasa dan berdaulat di wilayah kita sendiri.

Ternyata, hari proklamasi sebenarnya adalah awal dari serentetan perjuangan, pergulatan, pergumulan dan perdebatan kita sebagai bangsa. Setelah 17 Agustus 45, justru perjuangan Indonesia menjadi berkali-kali lipat skalanya yang melibatkan hampir seluruh unsur masyarakat. Maka dari itu, tidak berlebihan, Sejarawan menyebut masa setelah proklamasi hingga penandatanganan KMB sebagai MASA REVOLUSI.

Masa Revolusi diwarnai banyak sekali kepedihan dan kesedihan, selain daripada euforia kemerdekaan, di belahan penjuru Indonesia, unsur masyarakat seakan diaduk-aduk menjadi sebuah bangsa yang unik yang menjadikan kita hari ini sebagai NKRI. Langkah dan keputusan yang diambil masyarakat di berbagai daerah bahkan dapat dikatakan berkejaran dengan nyawa mereka, tidak ada suatu periode yang sedemikian merombak tatanan masyarakat di Indonesia (bukan hanya jawa) selain periode Revolusi tersebut.

Keadaan menjadi demikian kacau ketika Bala tentara AFNEI yang membonceng NICA melakukan pembebasan kepada para interniran (tawanan) Belanda di Indonesia, kehadiran dan arogansi mereka turut menyumbang kekacauan yang sangat besar hingga bahkan meletupkan berbagai konflik bersenjata di berbagai daerah. Selain itu, perdebatan politik di KNIP menjadi proses yang sengit pula diantara kaum Republik, kaum kiri berhasil memegang tampuk kepemimpinan pemerintahan, menjadikan diplomasi menjadi sasaran utama perjuangan, sementara itu, kaum kiri yang digawangi Tan Malaka berupaya menggaungkan Kemerdekaan 100% tanpa harus mau menundukan kepala kepada orang Belanda.

Kekacauan dan pertempuran akhirnya melahirkan para martir dan kesedihan para Janda dan anak yatim, kepindahan terpaksa dari tanah kelahiran, penyerangan mendadak kepada masyarakat mewarnai hari-hari ketika revolusi, tidak dapat ditemukan pola umum antara kejadian-kejadian di daerah selain kekacauan, pengambil alihan kekuasaan dan penyerbuan diantara golongan masyarakat dengan masyarakat, atau masyarakat dengan Belanda.

Ditengah kekacauan tersebut, justru rasa persatuan Indonesia lahir, rasa ke-Indonesiaan tumbuh sedemikian besar diantara para tokoh maupun rakyat, adanya simpati para ketua BFO terhadap perjuangan RI dan adanya desakan dari rakyat di daerah untuk bergabung ke RI semakin kuat dari waktu ke waktu, meskipun Westerling hadir dengan tangan besinya yang membunuh ribuan kaum republik di Makasar, rasa Ke-Indonesiaan tidaklah hilang justru semakin menguat. Konsepsi tentang Indonesia yang dirumuskan oleh BPUPK dan diwujudkan oleh PPKI akhirnya terealisasi dan bertumbuh pada masa Revolusi

Indonesia setelah proklamasi hanyalah sebuah angan dari beberapa orang di Jakarta, semangat tersebut menyebar ke seluruh wilayah Indonesia berkat para pemuda, para tokoh di daerah, para pemikir dan kaum militer yang menyebarkan kabar tentang kemerdekaan. Indonesia muncul sebagai bangsa yang Bhineka Tunggal Ika justru juga muncul di tengah tekanan Belanda, Sekutu dan bahkan kaum pengkhianat PKI yang berontak di tahun 1948.

Cerminan sejarah yang demikian memberikan gambaran, bahwa bila kelak kita menginginkan Indonesia menjadi negara maju dan adidaya yang kuat, maka proses tersebut tidak akan lahir ditengah kenyamanan, tidak akan hadir diantara ketenangan, namun harus lahir ditengah tekanan yang menjadikan kita kuat dan berani. Bila kita hari ini bermaksud menjadi individu yang tangguh dan mampu mengarungi kehidupan yang sedemikian besar tantangannya, maka proses yang kita jalani juga harus keras dan penuh cobaan. Bila kita saja hari ini berada di kondisi yang nyaman dan enak, bagaimana kita bisa lahir kembali sebagai pribadi tangguh.

Semoga proklamasi bisa menjadi penanda, bahwa besok kita lebih siap menjalani keadaan yang lebih keras, lebih menantang, lebih menuntut perjuangan dan pengorbanan kita, semua demi tercapainya cita cita kita, yaitu Indonesia Emas

Merdeka!!! ✊🏼✊🏼✊🏼

DIRGAHAYU INDONESIA KU

Zia Ulhaq

3 Replies to “Merdeka = Berjuang”

  1. Menjaga dan merawat buah kemerdekaan pun berat dan harus di upayakan oleh kita generasi saat ini. Semoga!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts